Diberdayakan oleh Blogger.

Naked Sushi

Kamis, 08 November 2012


satu
Hi, salam kenal namaku Eva, aku berasal dari kota kecil di Jawa Tengah, saat ini aku sedang kuliah di salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Yogyakarta angkatan 2008. Kejadian ini terjadi saat aku baru semester dua. 

Siang itu pukul 14.04. Hari sangat panas, sampai-sampai blouse hitam dan rok sepan-ku basah oleh keringat. Aku baru sampai di kamar kost-ku ketika HP-ku berdering. Dari Mbak Rina, tetangga kostku.

“Va, gawaaaat” kata suara di seberang telpon

“Ada apa mbak?” tanyaku

“kamu bisa bantuin mbak ga?”

“bantuin apa dulu” aku penasaran

“............................. .... ” mbak Rina menjelaskan, suaranya putus-putus, tapi aku menangkap maksudnya 

“Haaah emoh! Gila! ga mau aku mbak” aku terkejut mendengar permintaannya.

“Plis.. plis.. bantuin aku Va, bayaranya lumayan kok.......... ” suaranya masih putus-putus

“Yaah, aku sih kepingin bantuin mbak, tapi kalau yang ini mohon maaf aku ga bisa” tolak ku halus

“Ga bisa ya?”

“Maaf mbak”

“Gak papa.. maaf ya Va, sudah minta yang aneh-aneh” Mbak Rina menutup teleponnya.

Aku menghela nafas panjang, sambil menggeleng. Memang ada beberapa teman kampusku yang nyambi jadi WP untuk tambahan uang saku. Tapi yang ini lebih gila dari itu. Ada-ada saja Mbak Rina ini.

Oh iya, Mbak Rina adalah tetangga kost-ku, kamarnya tepat di samping kamarku. Mbak Rina ini seorang Fresh Graduate dari Universitas Negeri Terkenal di Yogyakarta, saat ini dia sedang magang di salah satu Hotel Berbintang. Mbak Rina sudah kuanggap sebagai kakakku sendiri, sebab waktu pertama kali aku sampai di Jogja, dia-lah satu-satunya orang yang mau nemenin aku, dan dengerin curhat-curhatku yang sedang homesick

Makanya aku ga habis pikir, kenapa Mbak Rina kepikiran memintaku untuk melakukan hal tersebut. 

Untuk lebih jelasnya begini: Pembaca sekalian tahu sushi dan sashimi? Makanan jepang yang terbuat dari potongan ikan segar, kadang-kadang dibalut dengan beras jepang dan nori (rumput laut). Apabila biasanya sushi dan sashimi di sajikan dalam piring, maka kali ini potongan ikan tersebut disajikan di atas tubuh telanjang wanita, yaitu: AKU. Hiiiiii, aku bergidik. 

Aku meletakkan tasku, dan mencuci muka. Karena penasaran aku menyalakan laptop, memasang modem, dan mencoba mencari info dengan kata kunci “Naked Sushi”. Kemudian munculah gambar seorang wanita jepang dengan irisan daging di atasnya, dan orang-orang makan dengan lahap dari tubuhnya. Oooh ternyata di luar negeri hal ini sudah biasa to.. Aku kemudian memperhatikan gambar selanjutnya, manis juga modelnya. Aku berkhayal, seandainya gadis itu aku.

Hmm seru juga kali ya? Telanjang sambil dilihatin banyak orang, mm Kemaluanku mulai basah, nafasku memburu, aku membayangkan ada yang meraba-raba kemaluanku. 

“Hmmmh..” tanganku mulai masuk ke balik rok-ku, mencari-cari gundukan kecil di sana

“mmmh” aku memijat-mijat clitorisku dari balik celana dalam, membayangkan beberapa laki-laki memainkan payudaraku..

“Uhh.. ahh” aku berteriak tertahan, pijatanku semakin kencang, mataku terpejam. Oh, bagaimana kalau para tamu bernafsu dengan tubuhku, dan hanya bisa bermasturbasi dari jauh? 

“Ah hah hah aaah” aku terenggah enggah

“Tuli lulit tuli tulit”Tiba-tiba Ringtone khas n*kia berbunyi, Mbak Rina menelpon lagi.

“hah.. ha.. h-haloo-o” Aku masih terengah-engah

“Halo Eva? Duuh,.. mbak jadi kepikiran.. maafin mbak ya va.. maafin udah ngajak yang aneh-aneh..”

“I-yya.. gak papa mbak” aku masih mengatur nafasku

“Mbak jadi gak enak sama kamu,.. maafin mbak ya.. soalnya begitu dapat kabar, Sushi Girl yang biasa ga bisa datang, mbak langsung panik dan keinget kamu...”

“Gak papa mbak...” nafasku sudah mulai normal

“.... Padahal besok ada tamu penting dari Jepang”

“Oh, terus gimana mbak? Sudah dapat penggantinya belum?"

“Belum, ini mbak lagi nyari-nyari.. oh iya, barangkali temenmu ada yang berminat..?”

“temenku.. hmm barangkali ada.. tar kucariin yaaa.. eh btw, berapa honornya?”

“Ga banyak sih, Cuma Rp.1000.000 + tips” 

What? Satu juta..?

“Wah, banyak juga ya.. hmm maaf terus di sana ngapain aja? “Yang lainnya” juga ga?”

“Enngga, Cuma bugil, terus tiduran, tamu dilarang colek-colek” Jelas Mbak Rina

Wow! Cuma bugil, tiduran dapat Rp.1000.000, bahkan temen kampusku, yang nyambi jadi WP pun, honornya ga sampai segitu...

“emm.... “ aku berpikir..

“Va? Kenapa?" tanya Mbak Rina

“Gak papa”

“Ya udah, nanti kalau ada temenmu yang mau, mbak di hubungi ya”

“Eh... em.. mbak.. tugasnya Cuma bugil dan tiduran aja to?

“iya..”

“Mmm Kalau gitu, aku mau deh..” aku malu-malu

“Ah, beneran kamu mau?” mbak rina ga percaya

“Iya mbak.. aku mau kok..”

“Oh, Terimakasih banyaaak yaaaa” terdengar suaranya kegirangan

“Sama-sama mbak”

“Oke, kalau gitu jam 7 malam nanti kamu ke tempat kerja Mbak di hotel ***** kamu parkir di tempat parkir karyawan, nanti bilang aja temennya Bu Rina”

“Siap Mbak”

“Thx yaa.. see u”

“See u” telepon ditutup

Wow perutku serasa mulas saking excitednya, dadaku berdebar-debar membayangkan nanti malam aku akan telanjang dikelilingi orang asing. Melepaskan baju kuliahku dan melemparnya ke lantai, membuka kait Bra-ku

Ups, aku lupa menutup pintu! Aku segera mengunci pintu, untung kost2an masih sepi hihi.

Aku segera melompat ke tempat tidurku, memelorotkan celana dalamku, sampai aku telanjang bulat. 

Aku berhayal tentang kejadian malam nanti sambil memainkan bibir kemaluanku yang tembem. Aku menggosok-gosok clitorisku, dan memilin-milin puting susuku. Tubuhku menggelinjang hebat, aku menggigit bantal agar teriakanku tidak terdengar tetangga kost. Siang itu, aku terkulai lemas dan tertidur tanpa busana.
dua


Aku terbangun, langit sudah gelap. Aku melihat HP-ku, pukul 18.05. Aku bergegas, mandi dan berpakaian. Lalu mengendarai motorku, sebelum ke tempat Mbak Rina, aku menyempatkan diri makan dulu. 

Pukul 18.55 aku tiba di tempat Mbak Rina bekerja. Sebuah Hotel berbintang yang terletak di Utara Jogja. Aku memarkir motorku di tempat parkir karyawan, seperti kata Mbak Rina. Aku mencari-cari pintu samping, sampai seorang security menyapaku.

“Saya temannya Bu Rina....” Jelasku.

“Ooh, dik Eva ya.. mari sudah ditunggu Bu Rina... ” Satpam itu tersenyum seolah sudah paham maksud kedatanganku. Dia mengantarku ke sebuah ruangan. “Monggo, ditunggu mawon, saya balik dulu ke pos.” 

Ruangan itu berukuran cukup besar, ada sebuah meja rias dan kaca, sofa panjang, dan sebuah kamar mandi. Aku duduk di sofa, Jantungku berdebar-debar tidak karuan. 

“Evaaaaa.. untung kamu datang” Mbak Rina datang dan menyalamiku, aku Cuma tersenyum kecil.

“Sudah siap too” Mbak Rina

“Mudah-mudahan mbak” aku grogi

“Wis, pokoke tenang aja..” Kata Mbak Rina, sambil membuka laci meja rias, dan mengambil sesuatu. “ini kamu mandi dulu” Mbak Rina memberikan handuk dan pencukur kepadaku. “Oh iya, jangan lupa itu dibersihin ya” Mbak Rina menunjuk kemaluanku.

“Ah, harus dicukur ya mbak?” tanyaku polos

“Ya, iyalah.. masak tamunya makan sushi yang ada jembutnya” Mbak Rina mencoba mencairkan suasana, mukaku memerah.

“Habis mandi, kamu ganti pakai ini” Mbak Rina memberikan pakaian mirip kimono kepadaku. “Barang-barangmu biar mbak yang nyimpen” lanjutnya.

Aku masuk ke dalam kamar mandi. Aku melepaskan seluruh pakaianku. Aku memandangi tubuhku yang tak ditutupi sehelai benangpun di kaca washtuffel. Dengan tingi 160 cm dan berat 50 kg, membuat tubuhku terlihat proporsional. Kemudian aku memegang dada 34 B ku, hmm kencang juga, lumayanlah ga malu-maluin di depan orang banyak. Apalagi dengan rambut lurus sebahu, wajah manis khas jawa, dan kulit kuning langsat, mudah-mudahan bisa mengharumkan nama Indonesia di Dunia Internasional hehehe.

Well, it’s show time. Aku mulai membersihkan bulu halus di sekitar kemaluanku. Sesaat kemudian kemaluanku sudah mulus seperti anak bayi

Aku menyalakan shower air hangat. Aku mengambil sabun cair dan mengoleskannya ke tangan dan leherku, lalu aku menyabuni dadaku yang montok. Aku memejamkan mata saat air menerpa dada dan wajahku. Sejenak aku ragu, tapi kupikir “aah, sudah terlanjur basah, sekalian mandi aja”. Akupun menyabuni kemaluanku, dan memainkan gundukan daging di sana

“Aaah” erangku pelan
Aku menggesek-gesekkan jariku ke clitorisku yang menegang.

“Mmmh” aku memejamkan mata, lututku terasa lemas. Aku terduduk di lantai kamar mandi, air shower terus mengucur membasahi kulitku yang memerah. 

Jari tangan kananku semakin dalam merogoh ke dalam liang kemaluan yang basah, sementara tangan kananku meremas-remas payudaraku. Aku bisa membayangkan berpasang-pasang mata, bernafsu memandangi tubuhku yang indah. Birahiku semakin naik.

“Mmmh.” Aku berteriak tertahan, sekarang posisiku sudah tertidur, meringkuk di lantai kamar mandi, gerakan jemari di kemaluanku semakin kencang, mataku menatap nanar rintikan air yang deras

“Aaaakh...” aku berteriak tertahan, sekujur tubuhku mengejang dan berguncang-guncang hebat, aku merasakan cairan keluar dari dalam kemaluanku.
tiga


Sesaat aku tetap meringkuk seperti itu, membiarkan air hangat menetes-netes di badanku. Aku mengatur nafasku yang ternenggah-enggah

“Va.. Eva... Udahan lum mandinya?” Mbak Rina mengetuk-ngetuk pintu

“Ah, iya.. ini baru udahan” aku segera bangkit dan mengeringkan badanku. Aku mengenakan kimono yang diberikan Mbak Rina, dan keluar dari kamar mandi”

“Duuuh, lama banget kamu, memang ngapain aja di dalem?” omelnya

“Hehehe” aku Cuma nyengir. Di ruangan itu sudah ada dua orang lagi, mereka segera mengeringkan rambutku dengan hairdryer, dan merias wajahku.

“Udah yuk, ikut mbak” kata Mbak Rina begitu aku selesai di rias

Mbak Rina, menuntunku berjalan melewati lorong. Disana karyawan hotel hilir mudik melewati kami. Aku merasa seksi, sebab di balik kimono ini aku tidak mengenakan apa-apa lagi, ditambah lagi beberapa karyawan sesekali melirik tubuhku yang menapak jelas di balik kimono yang setengah basah.

Kami sampai di ruangan berukuran 4x5 meter yang ditutupi tatami, sejenis tikar jepang. Dindingnya ditutupi anyaman bambu dan sejenis pintu geser dari kertas. Ada beberapa lukisan cat air tergantung di sana, tidak terlalu jelas tapi aku yakin itu lukisan wanita sedang mandi. Di tengah ruangan ada meja kotak setinggi lutut, dengan bantal di atasnya. Mbak Rina memintaku melepaskan kimono dan berbaring di sana. Aku melepaskan penutup terakhir di tubuhku, tangan kananku menutup buah dadaku, sementara tangan kiri menutup kemaluanku, Malu. Aku berbaring tanpa busana di meja itu, sementara Mbak Rina memanggil seseorang, tidak jelas.

Kemudian dua orang wanita berpakaian waitress datang, usia-nya kira-kira sama dengaku. Mereka membawa nampan berisi handuk kecil dan tissue.

“Permisi ya mbak” kata seorang wanita sambil mengusapkan tissue basah di tangan kananku. Tercium aroma Alkohol, mungkin biar higienis pikirku. Dia mengangkat tanganku dan meletakkan tanganku di sisi tubuhku. Sementara yang seorang lagi melakukan hal yang sama pada tangan kiriku. Otomatis payudara dan kemaluanku terekspos.

Lampu gantung mengayun-ayun pelan di atasku, menimbulkan siluet di dadaku yang mencuat. Aku melirik ke bawah, kemaluanku yang polos terpampang indah di hadapan Mbak Rina dan dua orang waitress tersebut. Mbak Rina terpana memperhatikan badanku yang tak ditutupi selembar benangpun. Tubuhku terasa panas, meskipun AC diruangan itu mengucur kencang

“Wah, kok ya nggak dari dulu kamu kerja sama mbak”
Aku Cuma nyengir.

“Begini ya, mbak jelaskan dulu: nanti badanmu akan jadi lepek’an sushi” Mbak Rina menjelaskan dengan logat mendhok-nya, sementara dua orang waitress tadi sekarang membersihkan bahuku. “Tamu, akan makan langsung dari badanmu itu, tapi tenang aja Va, mereka nggak dibolehin ngapa-ngapain kamu”
Aku lega mendengar itu

“Tapi nek ada yang jail, ya aku ora iso opo-opo, paling ya nowel-nowel susumu sikit hehe” Aku mengernyitkan kening, aku kurang jelas menangkap maksud Mbak Rina, sebab payudaraku sedang dibersihkan oleh dua orang waitress tadi. Mataku terpejam, saat tissue basah itu bergerak berputar-putar di mengelilingi bukit kembarku. Geli. Putingku kembali menegang. Birahiku kembali memuncah saat tissue basah itu menuruni perutku, pelan-pelan mendekati bukit dibawah perutku. Aku menggigit bibir bawahku, ketika salah seorang dari mereka membersihkan bagian luar kewanitaanku.

“Umhh” aku melengguh pelan

“e.. maaf ya mbak” katanya, sambil tetap membersihkan bibir kemaluanku dengan seksama

“Haah... haah.. “ Punggungku melengkung dadaku terangkat, aku melirik pelan ke arah waitress tersebut, ia sedang mengusap-usap clitorisku, ia tersenyum dan melirikku penuh arti.

“Aaaah..” Hampir saja aku orgasme, jikalau waitress tidak melanjutkan membersihkan bagian paha dan kakiku. 

Saat aku melirik ke Mbak Rina, kulihat dia salah tingkah, tatapannya nanar, nafasnya sedikit memburu

“emm,.. emh. Va,, tak tinggal sik, yo..” Mbak Rina buru-buru meninggalkan ruangan, seperti orang yang kebelet pipis.

Dua orang waitress itu selesai membersihkan tubuhku, lalu mereka hohon diri. Sesaat kemudian datang seseorang yang berpakaian ala chef jepang, setelan putih beserta ikat kepala putih. Membawa nampan berisi potongan-potongan ikan beraneka warna. Mas Chef, sebut saja begitu.

“Selamat malami kata Mas Chef, seorang laki-laki, kutaksir usianya 35 tahun

“E.. e... malam...” jawabku, aku spontan menutupi dada dan kemaluanku

“Baru pertama kali ya?” ia mencoba mencairkan suasana. Tampangnya cool, seolah sudah biasa melihat pemandangan seperti ini.

“iya...” jawabku. Wajahku memerah, baru kali ini ada laki-laki yang melihatku telanjang. Perasaanku campur aduk antara malu dan nafsu yang bergejolak.

“Ooh,.. gak papa.. mbak rileks aja ya, jangan bergerak” katanya sambil meluruskan tanganku, meletakkannya di sisi tubuhku. Maka payudara dan kemaluanku terpampang jelas di depan matanya, wajahku panas, kemaluanku basah. Namun, sepertinya dia tetap cool saja.

“Oke, saya mulai sekarang ya” Mas Chef menyusun nori, rumput laut jepang di atas pusarku, ia membentuknya menyerupai bunga. 

“Mas, sudah lama kerja gini?” aku memberanikan diri bertanya..

“Oh, kalau jadi chef sudah lama, tapi kalau yang begini baru tahun lalu ikut pelatihan di jepang” katanya sambil meletakkan Udang yang dibalut sejenis nasi di atas nori bentuk bunga tadi.

“Memang di sini sudah lama ya? Menyediakan “menu” kaya gini?

“Ah engga, saya ini chef angkatan pertamanya... mmm.. bentar ya.. jangan ngomong dan jangan gerak dulu” katanya. Saat ini dia sedang meletakkan sejenis udang di atas kemaluanku. Terasa dingin saat udang tersebut menyentuh kulitku, aku refleks bergerak, sehingga udang tersebut terjatuh ke selangkanganku.

“Walah jangan gerak-gerak mbak” Mas Chef mengambilnya dengan sumpit.

“Maaf, geli mas” aku minta maaf, sementara tangannya mencari-cari udang yang jatuh.“Aaah..” erangku pelan saat tidak sengaja ia menyenggol clitorisku

“Aa.. maaf.. maaf... ditahan bentar ya..” ia meletakkan udang tersebut pelan pelan di atas kemaluanku. Wajahnya sangat dekat, sehingga aku bisa merasakan nafasnya yang hangat diantara selangkanganku. Aku melirik sedikit, wajahnya terlihat sangat serius.

“Yah, inilah resiko pekerjaan mbak.. pokoknya kalau geli ditahan aja, nanti sushinya jatuh-jatuh” Ia menambahkan potongan ikan salmon dan tuna di kemaluanku, di atasnya ditambahkan daun untuk hiasan. Aku hanya menggigit bibirku, menahan geli yang tak tertahankan.

Mas Chef pindah ke atas kepalaku, ia menyusun nori seperti bentuk perahu di atas payudaraku. Lalu di atasnya ia hendak meletakkan potongan salmon, tapi terjatuh karena bentuk payudara yang membulat. Keningnya mengernyit, ia mengambil potongan tersebut dan mencoba meletakkannya kembali, kali ini wajahnya sangat dekat dengan wajahku, nafasnya terdengar jelas di telingaku. Aku berdebar-debar.

“Wah grogi bener nie, mbaknya..” Mas Chef melihat wajahku yang tegang

“Iya mas,.. baru pertama..”

“ah, saya juga grogi pas pertama kali” Ia sekarang menyusun sushi di lenganku

“Baru pertama... telanjang di depan cowok..”

“Ow... cowokmu?”

“Belum punya...” jawabku

“Ow ow.. i see..” katanya, sambil meletakkan telur ikan di perutku. “Pokoknya nanti rileks aja, mbak merem aja” ia menambahkan beberapa potongan buah di tubuhku..

Mas Chef memandangi tubuhku, ia terlihat puas dengan hasil karyanya. “Welldone!, sudah selesai,.. okay.. saya tinggal dulu ya..” Ia pun keluar, bersamaan dengan itu Mbak Rina masuk ruangan, ia memandang takjub tubuhku yang penuh dengan potongan sushi dan sahimi

“Yummy,.. mbak jadi laper, pengin makan kamu nih, hihi” kata Mbak Rina sambil mencolek payudaraku...
Aku Cuma tersenyum, agak sulit berbicara dengan tumpukan sushi di tubuhku

“Klik” Mbak Rina mengambil fotoku dengan HP-ny. Aku ingin mengejarnya, tapi saat ini aku hanya pasrah tidak bisa bergerak.

“Tamunya sudah datang, kamu siap-siap ya..”

Aku hanya mengangguk
empat


Mbak Rina keluar ruangan, sesaat kemudian dia datang bersama 6 orang laki laki yang berpakaian rapi. Mbak rina mempersilahkan mereka duduk mengelilingiku.Wajahku panas, hatiku bergejolak. Tidak bisa kujelaskan sensasinya, telanjang dan berpasang-pasang mata memperhatikan tubuhku. Dadaku berdebar-debar, kemaluanku mulai basah

Aku tidak jelas mendengarnya, tapi salah satu dari mereka bernama Mr.Sakamoto seorang pria paruh baya dengan rambut beruban. Sementara seorang lagi brenama Mr. Ryusuke, yang ini seumuran Mbak Rina, mungkin eksekutif muda. 

Seorang waitress, masuk menghidangkan sake. Kulihat Mr Ryusuke memperhatikan tubuhku yang halus. Sesaat kemudian Mbak Rina mempersilahkan mereka untuk makan. Mbak Rina dan waitress undur diri.

Mereka menuangkan sake, dan mulai minum-minum sambil tertawa tawa dan bercanda satu dengan yang lainnya dengan bahasa jepang.

Mr. Sakamoto mempersilahkan teman-temanya makan. Hatiku berdebar-debar. Seorang dari mereka mengambil sushi yang ada dilenganku dengan sumpit, mencelupkanya kedalam Soyu (kecap asin jepang) dan memakannya dengan lahap. Seorang lagi mengambil ikan dan nori yang menutupi dadaku, dengan tangan, sepertinya ia sengaja menyenggol payudaraku. Puting susuku terkekspos. Birahiku semakin bergejolak, putingku menegang.

Mr. Ryusuke, mengambil tuna yang menutupi kemaluanku, dan mencelupkannya ke dalam wasabi (sambal jepang). Kulihat matanya tak berkedip memandangi kemaluanku yang polos tanpa bulu. Bulu kudukku meremang, kemaluanku semakin basah. Mr. Ryusuke berkernyit, mungkin ia menyadarinya. Ia kemudian mengambil udang di kemaluanku, kali ini dia memasukkan udang tersebut di vaginaku sambil tersenyum.

“Mmmmmh… “ aku memejamkan mataku, Mr. Ryusuke memasukkan udang yang dibasahi cairanku ke dalam mulutnya, yang lainnya tertawa terbahak-bahak melihatnya. Mr.Sakamoto menegur Mr.Ryusuke, menyuruhnya agar lebih sopan.

Tamu-tamu jepang itu bercanda dan bernyanyi sambil minum minum sake, aku hanya bisa diam dan menahan birahi yang bergolak. 

Aku terkejut, saat seorang dari mereka tiba-tiba memakan potongan ikan yang menutupi perutku, langsung dengan mulutnya. Mungkin sudah mabuk. Tak lama kemudian yang lain ikut-ikutan melakukan hal yang sama.

“Uggh..” aku melengguh, ketika seorang dari mereka mengambil tuna yang menutupi puting kiriku dengan mulutnya, sepertinya dia sengaja mengenai putingku.

“Teishi!!” Mr. Sakamoto berusaha mencegah, tetapi sepertinya ia terlalu mabuk. Mr. Sakamoto terjatuh di atas tatami.


“Aaah..” aku menahan teriakanku, karena Mr. Ryusuke memakan salmon yang ada di kemaluanku. Ia sengaja menjatuhkan sepotong di selangkanganku, maka kepalanya masuk di antara selangkanganku, dan mencari-cari potongan itu. Aku merasakan nafasnya yang panas, dan lidahnya yang menari-nari di kemaluanku.


Aku aku menikmati saat lima orang menggerogoti tubuhku. Perut, payudara, leher, dan kemaluan semuanya habis dilumat mereka. 

“Aaaah aaah…” kakiku mulai mengangkang, mataku terpejam, kemaluanku sudah banjir oleh lender.

Tiba-tiba pintu diketuk, para tamu terkejut. Mas Chef dan Mbak Rina datang. Mas Chef berbicara dengan bahasa jepang kepada Mr.Sakamoto. Mr. Sakamoto melirik kearah 5 orang yang lain seperti marah. Sepeninggal Mas Chef dan Mbak Rina, Mr. Sakamoto mengomeli mereka dengan bahasa jepang. Mereka, terutama Mr.Ryusuke hanya bisa menunduk.

Mr. Sakamoto berbicara kepadaku, “Do you supik enggurisu?” ( do you speak English maksudnya)
“y-YES..” jawabku
“I’m aporogisu for my staffu behavior”

“That’s okay”

“You are so biutifuru” ( you are so beautifull maksudnya)

“Emm thanks..” 

“You reminds me to my gurandouhturu”

Lama kami bercakap-cakap, ternyata mr. sakamoto ini seorang pengusaha dari Jepang, yang sedang menangani proyek pengadaan air bersih di kabupaten Gunung Kidul. 

Setengah jam lamanya mereka disitu sambil ngobrol-ngobrol, aku hanya menikmati tatapan mata mereka yang sesekali melirik tubuhku yang kini tak lagi tertutup apa-apa. Birahiku memuncak, ingin sekali aku masturbasi di hadapan mereka, tetapi aku tidak berani 
“Suramat malam, sampai jurumpa lagi… “ pamit Mr.Sakamoto dalam bahasa Indonesia.

Mereka keluar ruangan diantar Mbak Rina. Seorang waitress membersihkan tubuhku dengan tissue basah, seseorang lagi membawakanku kimono. Aku mengenakan kimono itu ala kadarnya, tali di bagian pinggang tidak kuikatkan
lima


Aku berjalan lunglai keluar ruangan, kimono yang kukenakan tidak kuikat sempurna, sehingga bagian depan tubuhku terpampang jelas. Beberapa waitress dan karyawan hotel yang lewat di lorong terkejut melihatku setengah telanjang. Sudahlah, toh dari tadi aku sudah telanjang. kunikmati pandangan mata seorang room boy pada dadaku yang menyembul dari balik kimono, sementara seorang cleaning service mencuri-curi lihat kemaluanku yang polos.

“Eva!” Kudengar Mbak Rina menyuslku dari belakang. “Good Job” lanjutnya sambil menepuk pundakku.

Aku memasuki kamar ganti. Aku langsung menjatuhkan tubuhku pada sofa panjang di sana. Aku mengatur nafasku, sementara kimono yang kukenakan terjuntai di samping tubuhku. Payudaraku mengacung terlihat jelas oleh Mbak Rina.

“Makasih banyak ya Va,..” kata Mbak Rina sambil duduk di sampingku.

“Sama-sama mbak..” jawabku pelan

Aku benar-benar lemas malam itu, aku merebahkan kepalaku di pangkuan Mbak Rina, dia membelai rambutku

“Mbak sudah tertolong banget.. nanti kalau ada tamu lagi, mbak minta tolong lagi, boleh ga?”

“Boleh..”

“Makasih ya Eva sayang…”

Aku menoleh ke arahnya, tersenyum manis. Ia membelai pipiku, aku memejamkan mataku, menghirup dlam-dalam aroma tubuh Mbak Rina, harum sekali.

Nafasku memburu, tidak terasa kemaluan sudah basah tidak karuan. Pelan-pelan aku menggerakkan tanganku dari payudaraku, turun ke perut sampai akhirnya menutupi kemaluanku yang polos. Aku melengguh pelan, ingin rasanya aku masturbasi di depan Mbak Rina

“Gak papa, Eva sayang” kata mbak rina, mungkin ia sudah mengerti. Sekilas aku meliriknya, cantik sekali.

“E.. beneran gak papa?” aku menggamit tangannya yang membelai pipiku.

“Iya..:” Mbak Rina smengangguk.

Aku menekan kemaluanku dari luar, sambil memejamkan mataku.

Aku mengusap kemaluanku, memainkan bibirnya. Aku menghela nafas panjang, sensasi ini baru pertama kali kurasakan, telanjang bulat dan bermasturbasi di pangkuan orang yang ku sayang. Birahiku semakin memuncah.

Aku meraba-raba klitorisku, memainkanya dengan jemariku Dadaku yang telanjang naik turun seiring nafasku yang memburu.

“Aaaaaa....” Mulutku mengangga, tapi tidak bersuara. Kenikmatan ini tidak bisa kubayangkan sebelumnya. Mataku menatap nanar ke arah Mbak Rina, bisa kulihat wajahnya memerah, dan nafasnya mulai tidak teratur.

Tangan mbak Rina, pelan-pelan turun membelai dadaku. Aku memegang tangannya menuntunnya ke arah puting susuku yang menegang.

Mataku terpejam, saat mbak rina memainkan puting susuku. “Aaah ahh” kocokan jari di kemaluanku semakin kencang, tubuhku bergerak tidak karuan. Kimono yang kukenakan tidak lai menutupi tubuhku.

Tangan Mbak Rina meremas-remas payudaraku, semnetara tangan yang satu-nya memelukku erat. 

“Ah.. ah.. mbak.. rrin… Eva sudah mau keluar…” Aku meracau tidak jelas, pahaku tertekuk kedepan dadaku. Aku merasakan kemaluanku berkedut-kedut. Aku memeluk Mbak Rina erat sekali.

“Aaaaakkh” Aku menjerit, tubuhku mengejang-ngejang, menggelinjang liar dalam pelukan Mbak Rina. Aku semakin erat memeluknya.

“Hahh.. hah.. hah..” Nafasku terenggah-enggah, Aku merasakan ada yang keluar dari kemaluanku. Mbak Rina memelukku, mengecup keningku.

Untuk sesaat, aku terbaring tanpa busana di pangkuan Mbak Rina, Ia memelukku, membelai rambutku, hangat seperti seorang ibu yang memeluk anaknya

“h.. h… h..” aku mengatur nafasku, peluh membasahi seluruh tubuhku.

“mmakasih ya mbak…” ucapku lemah.

“iyaaa Eva sayang…” jawab Mbak Rina. Bisa kurasakan hatinua masih penuh dengan birahi.

“Ee.. permisi, bu Rina… ditunggu sama Pak Bob, tiba-tiba seorang karyawan sudah berdiri di depan pintu.

Aku spontan meraih kimono yang tergeletak di bawah untuk menutupi tubuhku seadanya. Karyawan itu melirik bagian samping dadaku yang mengintip.

“Ehh eh iya.. sebentar lagi saya ke sana” Kata Mbak Rina sambil berusaha mengendalikan dirinya. Mbak Rina mengambil nafas panjang, sebelum beranjak ke pintu.

“Eva, mbak tinggal dulu ya.. sudah malam. kamu pulang aja, masalah honornya tenang aja.. beres..” 

Mbak eva dan karyawan itu pergi meninggalkanku. Aku melemparkan kimono itu ke bawah. Aku masuk ke ruang shower dan mandi. Setelah berpakaian aku meninggalkan ruangan itu, seorang wanita berpenampilan kantoran menghampiriku.

“Selamat malam Eva, terimakasih atas bantuannya” tersenyum ramah lsambil menyerahkan amplop berlogo Hotel tersebut.

“E.. sama-sama mbak” aku tersenyum.


Share this article on :

0 komentar:

Posting Komentar

 
© Copyright 2011 Cerita Konak All Rights Reserved.
Created by Aland IndoBlack- Powered by Blogger.com.