Ini kisah nyata yang terjadi belum lama ini pada bulan November 2012. Bulan tersebut ada acara resepsi pernikahan kakak sepupu ku (tapi bukan kakak sepupu yang aku garap, melainkan kakak sepupu yang lain) bertempat di Malang. Sebelumnya perkenalan dulu, usiaku 23 tahun dan baru selesai wisuda pas saat itu dan belum bekerja. Aku berasal dari keluarga biasa di kota pelajar. Langsung aja ya!
Bulan November, kami sekeluarga berangkat ke kota Malang untuk menghadiri resepsi dan akad nikah anak dari kakak ibuku. Aku yang mengemudikan mobil yang diisi bapak, ibu, adikku, dan seorang supir cadangan untuk perjalanan pulang (karena kami berencana pulang sore hari pas hari resepsi, ibuku khawatir aku mengantuk nyupir malam karena dari pagi sampai sore keluarga besar diwajibkan ikut menyaksikan prosesi adat pernikahan sampai resepsi). Waktu itu sabtu siang kami berangkat dan sampai di sana sekitar jam 3 pagi (maklum mobilnya jadul, suzuki futura ga berani bawa kenceng2). Sampai di sana kami hanya tidur 1 jam, lalu bangun dan siap-siap ssementara supir cadangan kami biarkan tidur di kamar yang sudah disiapkan pihak pakdheku.
Pada acara pernikahan tersebut, semua pakaian dan riasan buat pria dan wanita disiapkan oleh kakak sepupuku bernama Mbak Dhe (nama dirahasiakan) yang berasal dari surabaya, dia yang mengurusi itu karena ditunjuk pakdheku. Dulu pada saat pakdheku menikahkan anak pertamanya, mbak sepupuku ini juga yang mengurusi semuanya walau rumah nya jauh dari kota Malang. Hal ini dikarenakan, dia bisa bekerja di situ karena "dititipkan" ke salah satu kenalan pakdheku itu, jadi hitung-hitung balas budi.
Perlu diketahui, usia mbak sepupuku ini terpaut sekitar 15 tahunan denganku. Karena aku ingat dulu pas aku SD dia sering datang ke rumahku pas dia libur kuliah atau pas libur kerja. Dia senang pergi ke rumahku karena waktu kecil ibuku yang merawat dia (ayah dan ibunya adalah PNS dulunya, dan waktu itu ibu masih kuliah di sekolah pendidikan guru dan ikut numpang di rumah mereka).
Kakak sepupuku ini adalah seorang janda dengan anak 1 laki-laki kelas 2 SMP. Dia bercerai dengan suaminya karena sang suami diketahui punya WIL. Suaminya adalah lulusan salah satu universitas negeri di Surabaya yang bekerja di pengeboran minyak lepas pantai dan jarang pulang (masalah klasik).
Kembali ke jalan cerita, karena jumlah kamar mandi cuma 2 sementara keluarga yang datang banyak dan wanita harus duluan karena mesti di make up maka aku memutuskan mengalah dan mandi terakhir. Sambil menunggu, aku ngobrol sama sepupu-sepupuku yang lain. Selang satu setengah akhirnya giliranku untuk mandi. Tanpa basa basi, aku lalu masuk ke kamar mandi dan bersiap mandi.
Perlu diketahui kamar mandi tersebut berbentuk huruf L, dengan wc duduk dan bak mandi tersembunyi karena tertutup dinding. Jadi kalau kita mandi di sono, ga kan terlihat dari ujung pintu. Pintunya ga aku kunci karena aku pikir semua sudah mandi dan sibuk dandan, dan masih ada kamar mandi sebelah yang bisa dipakai kalau ada yang mau buang air. Selain itu aku kapok pernah terkunci di kamar mandi di rumahku yang memakai sistem kunci putar yang umum pada pintu kamar mandi.
Ketika asyik menyabuni mukaku, tiba-tiba pintu kamar mandi dibuka dan masuk seseorang. Aku gugup langsung ngusep mukaku pakai air sampai bersih. Ternyata yang masuk adalah Mbak Dhe, dia berdiri membelakangiku sedang melepas handuk yang melilit di pinggangnya dan mencantolkannya di cantolan. Di balik handuk itu dia hanya memakai celana dalam, dan dia memaki tengtop yang dari tadi tidak ditutupi handuk. Pahanya yang putih dan kencang itu terlihat mulus dan membuat kontolku berdiri sedikit demi sedikit.
Pada saat dia mau melepas CD nya, aku menempel di dinding dan setengah berteriak "Mbak ojo dibuka cawete, aku adus nang kene (Mbak jangan lepas CD nya, aku lagi mandi di sini)". Lalu dia bertanya "Sopo nang kono, aku pengen ngising kamar mandi sebelah isi (siapa di sana? aku mau buang air besar, kamar mandi sebelah isi)"
Dengan gobloknya dia malah mendatangi dinding tempat aku bersembunyi (mungkin udah ga tahan pengen boker kali ya). Aku yang sudah siap menutupi kontolku yang berdiri, membalikan badan ke arah tembok karena malu. "Mere yo, aku ora tahan pengen ngising (Minggir, aku tidak tahan mau buang air besar)", katanya. Dengan menutup kontolku yang lagi on, aku merayapi tembok berharap dia tidak tahu kalo kontolku ngaceng. Tadinya aku mau keluar, tapi takut kalau di luar ada orang lain. Aku takut tadi mbak sepupuku bilang kalau mau boker, dan ada orang yang mencarinya di luar. Dan kalau aku keluar begitu saja dari kamar mandi bisa dikira yang tidak-tidak. Akhirnya aku putuskan jongkok telanjang di belakang pintu. Kontolku akhirnya mulai melemas lagi.
Selang beberapa menit
"Lama banget bokernya" batinku. Tak berapa lama aku dengar suara knop pengguyur closet diputar "ssyurrrrr". "Akhirnya kelar juga, tinggal nunggu dia nyabuni anusnya" batinku lagi. Aku lalu berdiri menempel tembok sambil menutupi kontolku supaya dia bisa lewat dengan segera.
"Dik, tak silik yo andukmu (dik pinjam handuknya ya)", "Yo" kataku sambil masih dibelakang pintu.
Tiba-tiba dia nongol dari balik dinding huruf L tadi tanpa memakai celana dalam dan keliatan memeknya yang berbulu lebat berjalan ke arahku. Aku cuma bisa melongo mendapat tontonan gratis ini.
"Iki andukem, matur nuwun (ini andukmu, makasih)", katanya. Aku hanya bisa diam mematung, sementara kontolku semakin tegang sampai tanpa sadar keluar dari celah tanganku. Dia melirik kontolku dan berkata dengan cueknya "Kontolmu ngaceng". Malu-malu aku tersadar lalu menutup erat kontolku ini.
Tapi dia memegang tanganku lalu menyentuh kontolku pelan. "Mbak, jangan" kataku. "Diem aja, mau enak tidak?", balasnya. "Tapi kita masih saudara" jawabku dengan takut. "Sante aja ga dimasukin memek, cuma aku emut doank kok" jawabnya. (aku bahasa indonesiakan saja ya, capek ngetiknya)
Digenggamnya kontolku, dijilatinya ujung kontolku. "Sshhhhhhhhh...." aku mendesis kecil kegelian kayak disetrum. Lalu ia memasukan kontolku ke dalam mulutnya. Disedot-sedotnya kontolku. "Gila enak banget mbak sedotanmu". Kupegang kepalanya lalu kumaju mundurkan. Rasa nikmatnya sampe ubun-ubun.
Lalu aku menawar "Mbak, aku pengen ngerasain memek"
Dia berhenti mengulum kontolku lalu berkata, "Kalau kamu mau, besok di rumah mbak asal kamu ikut ke surabaya". Lalu dia berdiri dan memakai celana dalam, lalu melilitkan handuknya ke pinggang.
"Sekarang cukup di sini dulu aja ya, mbak ke bawah dulu ngurusin yang tata rias"
"Ya" jawabku kecewa, karena air maniku belum keluar dan ternyata tidak bisa merasakan memeknya sekarang juga.Setelah dia keluar dari kamar mandi, aku langsung beronani ria mengeluarkan pejuh yang harusnya tadi diminum olehnya. "Lega juga" batinku.
Selesai mandi, hanya dengan CD, singlet, dan handuk yang terikat di pinggang aku melangkah ke kamar untuk memakai celana pendek (sejenis boxer, tapi bukan). Lepas tu, aku segera mencari Mbak Dhe untuk menanyakan baju yang harus kupakai. Aku pergi ke kamar tempat rias. Dia sudah tidak ada, tinggal seorang sepupuku (Mas Banu) istrinya sedang mendandani anaknya yang masih balita. "To iki klambimu", kata mas Banu. "Yo makasih mas" jawabku. Bajunya adalah kemeja jas warna hitam dengan bawahan celana kain hitam. "Nanti kamu naik mobilku To, ning sing nyupir kamu yo. Badanku pegel-pegel kemarin ngelembur di pabrik" kata mas Banu. "Yo mas, ga papa. Asal siap amplope aja, hehe...." kataku bercanda sedikit. "Sante aja To, rokok tak siapin wes. Mau 2 bungkus yo gapopo" katanya lagi. Kujawab "Wah ora mas, aku ndak ngerokok, maturnuwun (aku memang ga pernah ngerokok, apalagi aku pernah dengar temenku gagal masuk PLN gara2 tes kesehatannya gagal padahal tes akademis dan psikologisnya lolos). Tadi cuma bercanda".
Setelah itu kami berangkat naik mobilnya mas Banu ke acara akad nikah di suatu tempat (lokasi dirahasiakan).
Sampai di sana ternyata akadnya sudah mulai. Berpuluh-puluh menit acara itu dilakukan, akhirnya tiba sudah saat nya makan-makan (belum resepsinya). Di situ aku langsung mengambil nasi karena sudah dari pagi belum sarapan. Lalu aku memilih duduk di pojok dekat AC vertikal. Lagi enak-enak makan ada yang menjawil (mencolek) pundaku.
Menoleh ke samping aku hampir tersedak, ternyata yang mencolekku itu mbak Dhe (kita singkat aja jadi Dhea). Dia memakai jarik batik panjang namun dengan belahan terbuka sampai ke pahanya dan memakai baju renda transparan (terlihat kulit punggung, dan di atas dadanya).
Dhea ngomong "To, kemana aja tadi pas akad kok ga keliatan, makan banyak-banyak tar gendut baru tahu". "Yah si embak, aku kalau makan memang porsi kuli mbak, kalo ndak makan banyak aku bisa botak kuliah di teknik ngadepin rumus fisika ama kimia, belum praktikumnya. Dari tadi aku di dalam mbak."
"Ooh. To, yang tadi pagi jangan ngobrol siapa-siapa ya, maaf mbak nyervisnya ga selesai keburu acara mulai" katanya sambil nyubit perutku. "Tu perut kamu gendut gini pas makan" lanjutnya lagi. Aku berbisik di telinganya "Tadikan situ sudah liat kontol sama bodi saya, ga gendut kan?". Dia balas berbisik, "Iya, tapi kontol kamu gendut dan pendek". Sialan, emang kontolku cuma 13 cm tapi cukup berisi. Aku pun diam menikmati makanan, sementara dia meng-SMS seseorang, mungkin anaknya. "To, liat anakku ga? aku mau foto ama kamu, kameraku dibawa dia". "Ga mbak, ketemu juga belum. Tadi sama siapa terakhir?". "Sama si Indro (bukan indro warkop)".
Si Indro (nama plesetan dari nama aslinya) ini adalah sepupuku yang kuliah di univ swasta di surabaya. Dia lebih muda dariku tapi dah punya anak istri karena kecelakaan yang diinginkan tapi tidak diperbolehkan atau bahasa kasarnya MBA. Dia suka sekali ngerokok. Karena itu, banyak yang ngira dia lebih tua dariku. Namun rokok itu pula yang menyebabkan dia bisa bekerja sambil kuliah, dia hebat urusan design CAD pakai autocad, pake 3dmax, dan sejenisnya. Kalau ga da rokok, dia ga kuat manteng di depan PC buat ngerjain design-design itu.
"Biasanya si Iyan suka main sama Indro (Iyan nama anaknya Dhea). Soalnya si Indro suka tarikan motor, dan Iyan sekarang lagi demen liat motor-motor modif buat balapan (namanya juga ABG)". "To, ntar kalau ketemu si Iyan, bilangin ya kameranya aku cari. Dan pesen, kalau dia lagi sama si Indro dan keliatan lagi megang rokok jangan dibolehin. Aku ga mau dia ngerokok"
"Yo mbak, oke. Nanti aku bilangin"
"Makasih ya sayang"
"Ya mbak"
Habis makan, aku muter buat nyariin keponakanku itu. Dan benar, dia lagi sama si Indro di bawah pohon makan bareng. "Yan, dicariin emak mu". Si indro jawab, "To duduk sini sek, udud (ngerokok) dulu. Ga ngerokok ga enak."
"Sori ndro, aku ndak ngerokok". "Yo wis, sini poto-poto dulu bertiga pake kameranya iyan" katanya lagi.
Habis foto-foto, si Iyan tiba-tiba pergi ke mobilnya lalu ngeluarin laptopnya "Mas maen game NFS dulu, daripada duduk di dalem ndak ngapa-ngapain" (iyan biasa manggil aku dan indro dengan sebutan Mas, karena usiaku dengan dia beda 9 tahun sedang dengan Indro 7 tahun)
"Anu, ibumu minta kameranya. Aku tak ngasihin kameranya dulu, kamu sama mas Indro ngegame aja"
"Yo, ni mas" kata Iyan sambil ngasih kameranya.
Lalu aku masuk ke dalam ruang tadi, ternyata sudah diberesin beberapa bagian. Aku tanya kepada sama petugas beres-beresnya nya "Mas, resepsinya dimana?". "Di ruang sebelah mas". "Makasih mas" balasku.
Aku segera pergi ke ruang tersebut. Di sana Mbak Dhea lagi nonton persiapan resepsi. Ku sentuh pundaknya "Mbak ini kameranya. Kok sendirian aja?". "Maturnuwun. Iya To, ini mbak yang nyariin EO nya juga buat acara ini, kenalan mbak juga yang punya. Ndak enak kalo ndak jagongan sama. Kan yang punya acara nikah sekarang lagi dandan lagi buat acara resepsi (beh ribet amat, ngabis-ngabisin duit segala pake ganti baju)"
"Oh yo wis, aku tak pergi dulu nyariin emak, bapak sama adekku. Tadi si iyan maen game sama Indro."
"Oke, nanti setengah jam lagi ke sini ya"
"Buat apa?" kataku. "Pokoknya ke sini aja, kita kan mau poto, mumpung bisa poto di bebas di tempat pengantin. Buat kenang-kenagan"
Setelah itu aku kembali ke orang tuaku, menemui adikku. Lalu seperti biasa layaknya kakak adik yang akrab, kami ngobrol macam-macam. Orang tuaku lalu pergi duduk dan ngobrol sama sodara-sodara yang lain. Tak lama adikku lalu dipanggil budheku buat dibriefing jd pagar ayu. Aku pun diam, karena hapeke pun hanya hape biasa ga bisa buat ngegame atau musik. Biasanya kalo bengong, aku sms pacarku. Tapi sekarang dia ga ada di kontakku, semenjak bapaknya tahu aku sering main kucing-kucingan sama anaknya walau belum sampai ke tahap ML, sehingga ia masih perawan namun memeknya sudah sering ku jilat atau kumainkan dengan kutempelin hape yang lagi bergetar namun tidak kumasukkan (aku memang rada inovatif urusan merangsang wanita). Aku sayang sama dia, mungkin karena terlalu lama pacaran akhirnya kami mulai berani saling menjamah namun tidak untuk mengambil perawannya. (Mungkin aku akan menceritakan hubunganku dengannya yang agak gila urusan hal-hal yang mendekati seks di cerita yang lain)
Lima menitan aku bengong menatap anak-anak kecil dari sepupuku yang lain lari-lari megang balon, hapeku bunyi. SMS dari mbak dhea "To ke sini skrg".
Aku pun langsung pergi ke sana. Di sana ia lagi ngobrol sama temennya yang EO itu. Tak berapa lama, dia deketin aku "Foto bareng yuk dek". Lalu kami foto bareng. Dalam salah satu foto, dia minta dipeluk. "Kenapa harus meluk mbak?". Dia pun berbisik "Tadi kan kamu sudah aku servis sebentar, sekarang kamu peluk aku. Pegang mesra ya, kan kamu enak kena yang empuk-empuk punya mbak ini" katanya sambil melirik ke arah toketnya. Sial, dia mau ngerangsang aku. Aku pun dengan senang hati walau berpura-pura biasa saja memeluk dirinya.
"To, aku punya permintaan"
"Apa mbak?"
"Fotoin kontol kamu donk, kamu sekarang lagi ngaceng kan? Tadi mbak ngerasa ada yang njendol di selangkanganmu" katanya lirih.
"Wah ga mau mbak, gila opo." jawbaku lirih juga.
"Cuma buat mbak To, tadi pagi kan kamu udah liat memek mbak. Lagian mana ada yang mau liat kontol kalaupun kamera ini ilang trus ditemuin orang ga bertanggung jawab"
"Jangan mbak, nanti kalo kameranya dipegang sama sodara yang lain bisa gawa"
"Sante aja, ini mbak masukin ke memory yang lain, liat aja potomu ama si Indro dan Iyan ga ada"
Ku lihat isi kamera tersebut, memang isinya cuma foto-foto kami tadi. "Oke lah mbak, buat mbak ku sayang aja ya tapi, aku ke toilet dulu ya sayang"
Mau tak mau aku ke WC, kupelorotkan celana panjang, celana pendek, dan cangcutku. Kupoto beberapa kali kontolku yang sebelumnya kugesek palkonnya biar ngaceng.
"Ini mbak" kataku sambil mengembalikan kamera. "Makasih adekku sayang"
Diliatnya foto-foto kontolku. Lalu dia berbisik "Kontol mu udah pernah masukin memek cewek kan?"
"Kata siapa? Ga pernah" jawabku agak ketus
"Ga usah bohong, pas kakakmu menikah setengah tahun lalu. Mbak kan dateng ke acara nikahannya, cuma pas itu kamu lagi ngurusin acara. Mbak yang waktu itu dikasih tempat buat tidur di kamarmu pas lagi dandan tiba-tiba hapemu geter-geter sms masuk. Mbak cuekin, eh geter lagi dan lagi. Mbak penasaran, lalu mbak buka. Kalo ga salah nama pacarmu itu Novi, ya kan?"
Aku cuma diam tertunduk ketika dia tahu nama pacarku saat itu
"Mbak baca smsnya. Yang paling mbak inget adalah YANK SUSU RASANYA KENCENG BANGET YANK, BERASA GERAK-GERAK. YANK, NANTI KALO UDAH SELESAI NGURUSIN ACARA, BALAS SMS KU YA. CIUM SAYANG DAN NAKAL SAMBIL GIGIT KONTOLNA AYANK, MUAH"
"Mbak kaget waktu itu, ternyata kamu liar juga padahal dari luar keliatan alim. Baca-baca sms tersebut, mbak jadi horni sebenernya. Makanya tadi pagi mbak mau ngetest kamu, ternyata kamu bener-bener nafsunya gedhe. Haha... "
"Jangan cerita ke ibuku ya mbak" kataku lesu, takut ibu tahu rahasia pacaran yang kujalani selama 2 tahun dengan pacarku, walau sebenernya masa hot nya hanya 4 bulan di akhir kisah kami.
"Iyalah, siapa yang mau laporin. Orang bukti smsnya juga ga ada. Hahaha... Tapi foto-foto kontol kamu tadi bisa jadi bukti yang lain. Hahaha....". Tiba-tiba aku merasa terjebak. Sial kenapa aku terjatuh dalam jebakan rubah 38 tahun ini.
"Mbak mau apa?" tanyaku.
"Ga pengen apa-apa, mbak tahu kamu juga baru lulus. Main ke surabaya lah, ntar mbak cariin lowongan PNS atau kalau ada kenalan yang kerja di pabrik"
"Ga perlu mbak, aku bisa kok nyari di internet. Makasih" kataku dengan sedikit kesal.
"Jangan ngambek dek. Maaf, sebenernya mbak suka ama kamu. Kamu manis, ga ngerokok, baik ama om tante (bapak ibuku), pinter juga. Mbak pengen bantu kamu. Bantu dari luar dalam. Mbak rela nunjukin memek ke kamu. Mbak mau kamu..."
"Ga bisa mbak, kita saudara, mbak lebih tua" kataku memotongnya.
"Mbak tahu, paling tidak seminggu saja. Jadilah pacar mbak. Nanti mbak bantu cariin kerja."
Aku pun berpikir dan ku jawab "Ya sudah, aku mau ikut mbak ke surabaya. Tapi nanti sore aku kan harus nyetirin mobil pulang ke jateng"
"Kan kamu bawa supir cadangan, ga usah bohong lah kan kamu bawa supir cadangan buat gantian. Masalah ijin gampang, nanti mbak bilang ke om kalo mbak ada peluang kerja di surabaya buat kamu" kata Mbak Dhea.
Telak sudah aku kalah. Aku pun hanya diam.
"Jangan khawatir, aku kan ga minta kamu buat menikahin mbak. Mbak cuma rindu sosok lelaki yang teduh". Kulihat matanya mulai berkaca-kaca. Aku pun mengusap punggungnya agar tegar, aku pun iba kepadanya.
"Iya aku mau jadi pacar seminggu mbak, tapi kenapa harus aku? Kok enggak orang lain yang lebih tua, yang bukan saudara"
"Dulu mbak pernah pacaran sama rekan kerja selepas bercerai, setelah lama berhubungan ternyata istri pertamanya ga setuju. Padahal mbak sudah mau dijadiin istri kedua. Dan kamu saudaraku, aku percaya ama kamu." Sedikit butiran air mata meleleh di pipinya.
"Kamu mau liat susu mbak, mbak kasih kalo kamu mau. Mbak rela."
0 komentar:
Posting Komentar